RollingStone
Big Thief emang nggak ada obat! Di album keenam mereka, vokalis Adrianne Lenker ketinggalan pesawat. Buat kita sih, ini nyebelin banget. Tapi buat dia, ini jadi mimpi! Dia nyanyi, "Nyetir sama sayangku, kita hitung jam buat liat bunga lupin, jauh di atas perbatasan, kita ngebut lewat Thunder Bay." Lagunya jadi meditasi indah tentang memori, waktu, keluarga, umur, dan kebebasan. Santai tapi filosofis, ironis tapi bijak, lucu, sedih, kuat – dan judulnya ngena banget, "Incomprehensible". Gokil ya, semua itu ada di lagu indie-rock empat menit. Big Thief emang suka banget jalan-jalan.
Mereka jadi salah satu band paling dicintai di era 2020-an gara-gara momen kayak gini. Lagu-lagu yang akarnya dari keindahan folk dan kejujuran yang bebas, tapi juga jadi dunia suara yang luas banget. Dulu mereka band menjanjikan di pertengahan 2010-an, dengan pengaruh Rilo Kiley dan Crazy Horse. Terus mereka bikin album U.F.O.F. di tahun 2019, dengan Lenker dan gitaris Buck Meek bikin anyaman akustik pastoral yang kayak shoegaze John Fahey. Album terakhir Big Thief, Dragon New Warm Mountain I Believe in You (2022), koleksi 20 lagu yang luas banget, kayak nguping komunitas kreatif yang lagi mekar – obat yang pas buat isolasi era Covid. Inti dari semua yang mereka lakuin adalah lirik puitis Lenker, yang makin intim di album solo akustiknya, Bright Future (2024).
Double Infinity adalah LP pertama mereka sebagai trio – Lenker, Meek, dan drummer James Krivchenia, plus produser lama Dom Monks. Ini hasil improvisasi panjang dan banyak kolaborator, dari live tape loops sampe keys sampe zither. Hasilnya cuma sembilan lagu, tapi mereka ngeksplor banyak banget, dari segi musik sampe jarak yang ditempuh Lenker di liriknya.
Di lagu "Words", dia nyanyi tentang susah komunikasi dalam hubungan. Lagunya awalnya kayak folk-pop jam yang asik banget, cukup buat jadi soundtrack lingkaran hacky-sack di kampus tahun 90-an. Tapi terus jadi aneh, gelap, berisik, dan pusing – "Kata-kata capek dan tegang, kata-kata nggak masuk akal," kata Lenker, suaranya jadi gema yang bergetar kayak dia jatuh ke dalam musik. Lagu country-rock ala Neil Young, "Los Angeles", tentang hubungan yang tetep kuat walau waktu dan jarak memisahkan. Suasananya pindah dari malam LA yang sepi ke Park Avenue di New York, terus ke Grand Canyon, saat Lenker ngikutin chord memori sampe titik mereka nyambung lagi. "Kita mimpi bareng, walau nggak tidur di ranjang yang sama," katanya.
Tekstur kreatif live-in-the-studio album ini bikin pendengar tenggelam, dan kadang bikin kaget. Dengan groove soulful yang mulus, "All Night All Day" lebih kayak R&B daripada rock. Lenker nyanyi ode romansa yang visceral kayak himne, yang dibuka dengan "Semalaman, sepanjang hari, aku bisa oral kamu, denger kamu nyanyi kesenanganmu," dan dilanjutin dengan "Kamu garuk kulitku biar aku ngerasa, karena aku minta." Judul lagunya adalah power ballad slow-core yang sublime, himne buat keindahan di dunia yang kacau. "No Fear" merangkak selama tujuh menit yang menyesakkan – kedengerannya kayak Low bikin album blues-rock bareng Daniel Lanois.
Momen termanis di album ini adalah "Grandmother", kolaborasi dengan artis New Age, Laraaji. Lenker gali sumur memori, perasaan campur aduk, dan pencerahan. Dia ngomong ke ibu dan neneknya, minta maaf ke kekasihnya, sebelum akhirnya nyanyi "Mau ubah semuanya jadi rock & roll." Mereka bikin grandma-rock jadi genre yang keren banget – tampilan baru-lama dari band yang terus bikin sejarah.
https://www.rollingstone.com/music/music-album-reviews/big-thief-double-infinity-review-1235420675/