RollingStone
Gue emang nggak pernah tinggal di New York, tapi karena tumbuh sekitar 120 mil dari kota itu, masih kejangkau antena TV WPIX Channel 11, jadi gue nyerap banyak banget budaya New York waktu kecil. Mulai dari iklan gokil Crazy Eddie, maraton *The Honeymooners* pas malem tahun baru, iklan "beautiful Mount Airy Lodge" yang ngegoda orang New York buat dateng ke Poconos, sampe iklan *Cats* di Winter Garden! yang bikin kita pengen naik bis ke kota. Rasanya kayak tinggal di Lower East Side, tapi nggak perlu naik 10.000 anak tangga dan bayar sewa mahal.
Album baru Brian Dunne, *Clams Casino*, punya kekuatan teleportasi yang sama, tapi lebih banyak melankolinya daripada nostalgia. Lewat 10 lagu, musisi asal Brooklyn ini ngegambarin gimana rasanya jadi seniman umur 30-an di New York zaman sekarang: senengnya susah didapetin dan cuma sebentar, *self-doubt* muncul tiap jam, dan perjuangan buat terus berprestasi, atau pamer prestasi di sosmed, kayak bayangan penjahat di *Scooby-Doo*.
Dunne nangkep semua itu di *title track*-nya, lagu yang *bouncy*, *bittersweet*, dan enak dinyanyiin bareng yang nyamain kesuksesan sama hidangan *seafood* panggang. "Gue cuma pengen hidup enak/Makan *clams casino* pas malem Minggu," nyanyinya, dengan aspirasi yang sederhana.
Ini lagu tentang kelas sosial, jelas Dunne pas ditanya kenapa dia nulis lagu tentang remah roti, bacon, dan kerang. "Ini tentang dari mana gue berasal dan ke mana gue pengen pergi, dan semua rasa malu dan bangga yang muncul pas berusaha buat ngalahin keadaan itu," katanya. "Gue tumbuh di keluarga kelas pekerja banget dan gue bangga akan hal itu, tapi gue juga punya delusi tingkat tinggi dan gue nggak tau gimana caranya nyatuin dua hal itu."
Realita dia, kayak harus beli kasur bekas, selalu balikin dia ke bumi. "Kenapa susah banget buat dapetin hal yang bagus?" Dunne bertanya-tanya di sepanjang lagu "Clam Casino."
Kalo di tangan yang nggak tepat, pertanyaan kayak gitu, apalagi dari cowok kulit putih yang main gitar buat nafkah, bisa kedengeran kayak ngeluh. Tapi suara Dunne, yang *lilting* dan *keening*, penuh dengan empati. Dia tau emang susah buat semua orang, dan di bait terakhir lagu itu dia nunjuk diri sendiri: "Dia bilang, 'Kerjaan lo cuma ngomel doang... Lo nggak separah itu juga, kok'."
Kesadaran diri kayak gitu adalah ciri khas tulisan Dunne di *Clams Casino*. Di lagu "Play the Hits" yang keliatannya riang gembira, dia nyadar kalo dia udah mulai ketinggalan di dunia seni Brooklyn yang kompetitif. "Semua anak muda di sini/Bikin lo inget sama diri lo sendiri/Mereka sedikit lebih muda dengan sedikit lebih banyak rasa lapar," nyanyinya, sebelum nutup bait itu dengan luka yang dia bikin sendiri, "Dan mereka keliatan keren juga pake jaket kulit."
Di lagu "I Watched the Light" yang nyesek banget, tentang perasaan tertekan sampe semua harapan pupus, dia mulai dengan cerita tentang seseorang yang kabur. "Denger-denger lo mau pergi, pindah ke Cleveland/Katanya nggak seburuk yang diliat atau didenger/Karena lama-lama juga sama aja kayak di Ohio," rasionya. Pas Dunne nampilin lagu itu awal tahun ini di depan turis di Bluebird Cafe di Nashville, dia minta maaf ke semua orang yang dateng dari Ohio.
Dia nggak perlu khawatir. "I Watched the Light," kayak banyak lagu bagus lainnya di *Clams Casino*, ngejadiin album ini tentang sisi baik dan buruknya New York, bukan Cleveland, atau tempat lain, tanpa ngomongin itu secara gamblang. Di "Play the Hits," dia nulis tentang repotnya pindahan dari apartemen satu kamar. Sementara itu, "Rockland County" ngebayangin kehidupan suburban yang kalem dan gampang, di mana "gue dan lo bisa hidup kayak penduduk lokal" dengan pasar petani, Target ukuran super, dan parkir gratis yang banyak. Dunne nggak ngucapin itu, tapi jelas dia kabur dari kota.
Paul Simon, musisi New York lainnya, juga jago bikin rumahnya jadi bagian dari cerita tanpa ngejelasinnya secara detail. Susah ngebayangin Simon nyanyi, "Gue ketemu mantan gue di jalanan tadi malem" di lagu "Still Crazy After All These Years" dan kejadiannya nggak di blok Manhattan. Trik yang sama juga dilakuin Dunne dengan *Clams Casino*.
Tapi Dunne, yang juga anggota band *cheeky* bernama Fantastic Cat, nggak anti buat nge-share lokasi dia yang sebenernya. Dia ngegambarin "Max's Kansas City" dengan banyak banget identitas New York, mulai dari klub rock yang udah nggak ada sampe nyebut nama Lou Reed, pas dia jalan-jalan di jalanan kota buat "nyari makna yang nggak ada abisnya."
Abis minum "setengah Xanax dan teh Inggris," dia dapet pencerahan, bukan kalo semua bakal baik-baik aja di kotanya, atau di dunia yang lagi rusak ini, tapi dia "punya waktu buat nunggu" gimana akhirnya. Dan itu mungkin lebih memuaskan daripada makanan pembuka kerang.
https://www.rollingstone.com/music/music-features/brian-dunne-clams-casino-review-1235422164/